Ia menyebut data dan peta digital sebaran kemenyan yang sedang disiapkan pemerintah sebagai langkah positif, namun mengingatkan agar pembangunan tidak boleh mengabaikan aspek perlindungan lingkungan dan hak-hak adat.
“Peta digital itu penting, tapi harus dipastikan digunakan bukan hanya untuk investasi, melainkan juga untuk perlindungan ekosistem dan komunitas adat. Jangan sampai pohon kemenyan yang ratusan tahun dijaga masyarakat justru jadi korban eksploitasi atas nama pembangunan,” kata Tohom.
Baca Juga:
Proyek Sampah Jadi Energi Listrik Dipercepat, MARTABAT Prabowo-Gibran Minta Dukungan Masyarakat untuk Target 18 Bulan
Ia juga mengingatkan bahwa keberhasilan hilirisasi akan bergantung pada pelibatan aktif masyarakat lokal sejak awal.
“Tanpa partisipasi rakyat, semua rencana tinggal jadi dokumen. Yang kita butuhkan adalah model hilirisasi partisipatif, berbasis komunitas, dan dikelola bersama,” tandasnya.
Sebelumnya, Luhut Binsar Pandjaitan menyebut bahwa ekspor kemenyan Indonesia telah mencapai pasar Asia dan Eropa.
Baca Juga:
Infrastruktur Otorita Danau Toba Makin Lengkap, MARTABAT Prabowo-Gibran Pastikan Kesiapan Sambut Wisatawan Dunia
Namun, ia menyoroti rendahnya harga jual di tingkat petani dan menyatakan niat untuk mendorong hilirisasi melalui skema berbasis komunitas.
“Kami tidak perlu pabrik besar, cukup teknologi distilasi uap yang efisien dan bisa dijalankan komunitas lokal,” ujarnya, melalui media sosial.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]