Agama dan kepercayaan harus dijadikan menginspirasi kebenaran, keadilan, damai sejahtera, cinta kasih sayang, perbuatan baik (sipritualitas) sesuai kehendak Sang Pencipta.
Sungguh keliru besar dan sesat pikir bila Agama dan Kepercayaan dijadikan aspirasi perjuangan perebutan, pertarungan kekuasaan sehingga membajak, membelokkan Agama dan Kepercayaan pembawa damai sejahtera, cinta kasih sayang dan kebahagiaan berubah wajah monster pemusnah kemanusiaan penebar ketakutan, horor, kebencian, ancaman kematian atas nama perbedaan Agama dan Kepercayaan.
Baca Juga:
INALUM Gelar Simulasi Penanggulangan Keadaan Darurat, Pastikan Kesiapsiagaan Pegawai dan Keamanan Operasional
Bila dianalogikan taktik strategi marketing sebuah komoditi atau produk, seorang marketing harus mampu menarik simpati calon pembeli dengan cara-cara yang baik dan benar serta elegan melalui pembuktian kualitas produk, keunggulan, keistimewaan seperti; elemen bahan digunakan, manfaat, kenyamanan, keuntungan menggunakan produk, dan lain sebagainya.
Bukan mengancam, menakut-nakuti, membohongi, membodohi, menyesatkan dengan dalil-dalil di luar nalar. Misalnya, para pengasong kapling sorga dan neraka yang menebar keresahan, kecemasan, ketakutan, keonaran berbaju hipokrit, munafik menodai, menista Agama dan Kepercayaan secara terang-benderang di ruang publik..
Misi-misi keagamaan dan kepercayaan harus dijalankan dengan panji-panji damai sejahtera, cinta kasih sayang, kebaikan, kebenaran, kebahagiaan. Bukan kebencian, kekerasan, baik kekerasan fisik maupun kekerasan verbal karena tindakan seperti itu Pasti Tidak Dikehendaki Tuhan.
Baca Juga:
Diliputi Rasa Haru Polres Simalungun Rayakan Natal 2025"Allah Hadir Untuk Menyelamatkan Keluarga"
Kembalilah ke jalan kebenaran selaku 'Kandidat Penghuni Sorga".
Damailah Indonesia tercinta.
Horas. (Rum)
Penulis adalah pemerhati pembangunan dan sosial budaya.