Masih menurut Laurensius, sebelum PT TPL beroperasi di tahun
1987, pertanian di Kawasan pabrik sangat bagus. Namun setelah masuknya Indorayon
(PT IIU), terjadilah pencemaran. Air bau busuk, pertanian rusak, produksi padi
menurun, ternak mati. Bahkan atap rumah warga yang berbahan seng, keropos.
Baca Juga:
RDP di Kantor DPRD Toba Soal Kontribusi TPL Tertunda, Begini Respon Pemohon
Dalam aspek sosial budaya, ia meneruskan, TPL diduga menerapkan politik pecah-belah di kalangan
masyarakat.
"Satu disusupkan ke satu kelompok, untuk melawan kelompok
lain. Lalu berantam, demikianlah kondisi saat ini," keluh Laurensius.
Baca Juga:
Sengketa Lahan Masyarakat Paluta Yang Dikuasai PT Toba Pulp Lestari, Ini Tindak Lanjutnya
Perwakilan masyarakat adat Lamtoras Sihaporas Kabupaten
Simalungun, Domu D. Ambarita menyampaikan, kehadiaran PT TPL, hingga saat ini
masih sering menimbulkan kekerasan yang mengorbankan rakyat.