Oleh: Drs. Thomson Hutasoit
Kearifan budaya Batak Toba mengajarkan kepedulian, simpati,
empati, kesetiakawanan, kepekaan terhadap penderitaan orang dan/atau pihak
lain, tolong-menolong, bahu-membahu, gotong-royong terutama saat terjadi
musibah atau bencana, baik bencana alam maupun bencana non alam adalah "Ni
Harat Jarijari Mangampir tu Botohon".
Baca Juga:
Politik Uang Merusak Nilai Estetika Masyarakat Lokal
Ni Harat Jarijari Mangampir tu Botohon dalam terjemahan
bebas ialah bila jari tangan tergigit akan terasa kebas pada lengan tangan,
artinya sekalipun jari tangan yang tergigit akan terasa dan terpengaruh ke
lengan yang tak terkena gigit sama sekali.
Baca Juga:
Perdata Tunda Pidana atau Pidana Tunda Perdata?
Analogi ungkapan kearifan budaya (culture wisdom)
atau kearifan lokal (local wisdom) warisan leluhur Batak Toba yang
merupakan salah satu dari ribuan kearifan budaya tumbuh subur di bumi Nusantara
telah membentuk karakter pola pikir dan pola tindak anak-anak bangsa Indonesia
dalam menghadapi peristiwa-peristiwa di luar situasi kondisi normal atau tak
terduga.
Mindset atau pola pikir dan pola tindak masyarakat tentu
tidak terlepas dari budaya (culture) yang dianut masyarakat atau
komunitas bersangkutan.