Karena itulah "Parpadanan atau Padan" berbagai
marga-marga Batak Toba yang dibuat para nenek moyang ratusan tahun lalu dan
telah puluhan generasi (sundut-red) tetap langgeng dan lestari melewati batas
ruang dan waktu yang bisa ditemukan hingga kini ditengah kehidupan masyarakat
Batak Toba, baik di daerah asal-usul (bona pasogit) maupun di daerah diaspora
(parserahan).
Baca Juga:
Mama Dada Mu Ini Dada Ku
Sekalipun Sumpah/Janji (Padan-red) tidak tertulis atau hanya
lisan mengingkari (mangose-red) Padan sangat dipantangkan atau ditabukan karena
merupakan pengkhianatan terhadap sumpah/janji, ikrar, komitmen, konsensus,
traktat beresiko malapetaka dikemudian hari.
Baca Juga:
Perseteruan Kandidat Penghuni Sorga
Kearifan budaya, kearifan lokal "Togu Urat ni Bulu,
Toguan Urat ni Padang, Togu Mardongan Tubu, Toguan Binuat ni Padan" telah
mewarnai karakter mental, moral, sifat, perilaku generasi Batak Toba agar
selalu konsisten, konsekuen, komit terhadap sumpah/janji, ikrar, konsensus,
traktat yang telah dibuat dan/atau diucapkan.
Tapi amat sangat disayangkan dan disesalkan nilai luhur
kearifan budaya, kearifan lokal warisan leluhur fundasi karakter mental, moral,
sifat, perilaku, jati diri telah mengalami degradasi dan turbulensi dari hati
sanubari, pikiran sebahagian orang sehingga muncul perilaku-perilaku bias dan
menyimpang dari nilai luhur diwariskan nenek moyang akhir-akhir ini.