Proses pembentukan identitas etnis serupa juga terjadi pada
orang Yoruba di Afrika Barat, Zulu dan Tswana di Afrika Selatan. Singkatnya,
Eriksen menyoroti dalam banyak kasus etnisitas diciptakan secara artifisial
oleh para penjajah dari Eropa. Pemahaman mengenai etnisitas yang seperti ini
memang telah diterima secara lumrah dalam kajian-kajian ilmu sosial
kontemporer.
Baca Juga:
Batak di Filipina, Satu dari 7 Suku yang Terancam Punah
Kajian-kajian ini juga ternyata telah dilakukan di Indonesia,
mengingat Indonesia memiliki sejarah panjang kolonialisme. Kajian tentang etnis
di Indonesia mengungkap beberapa identitas kesukuan yang ditemukan hari ini
adalah warisan kolonialisme Eropa.
Salah satu contohnya dapat ditemui pada proses pembentukan
identitas Batak yang telah lama diperdebatkan oleh para peneliti dan tokoh
masyarakat Batak. Isu ini pernah hangat kembali ketika pada 2010 sejarawan asal
Universitas Medan Ichwan Azhari mengungkapkan temuannya yang mengatakan istilah
"Batak" sebagai kategori etnis dikonstruksi oleh para misionaris Jerman yang
kemudian dilanggengkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Azhari menyimpulkan
temuan itu setelah memeriksa arsip-arsip seputar Batak di Jerman dan Belanda.
Baca Juga:
3 Penyanyi Muda Berdarah Batak Ini Turut Mewarnai Industri Musik Indonesia
Menariknya, proses serupa bisa ditemukan pada pembentukan
kategori etnis lain di Indonesia, seperti kategori etnis Dayak di Kalimantan.
Lantas, jika memang pemerintah kolonial memiliki andil dalam persoalan itu,
bagaimana proses kontruksi itu terjadi? Dan mengapa pemerintah kolonial
menciptakan kategori-kategori etnis di wilayah jajahannya?