Politik Etnis Belanda di Sumatera
Baca Juga:
Batak di Filipina, Satu dari 7 Suku yang Terancam Punah
Politik Etnis Belanda di Sumatera Daniel Perret dalam bukunya
Kolonialisme dan Etnisitas (2010) memberikan pemaparan historis dan etnografis
mengenai Batak sejak abad ke-2. Dalam buku itu, Perret beberapa kali menekankan
bahwa istilah "Batak" sebagai kategori etnis yang mewadahi ragam kelompok di
wilayah Sumatera Utara dikonstruksi oleh para penjelajah, etnograf, antropolog,
misionaris dan terakhir dilanggengkan oleh pemerintah kolonial Belanda selama
penguasaan Sumatera, terutama pada era perkebunan swasta abad ke-19 dan 20.
Berdasarkan penelusuran Perret, masyarakat "Batak" sudah
disebut oleh ahli geografi asal Yunani Ptelomeus yang pada abad ke-2
menggambarkan penduduk di Sumatera bagian utara (disebutkan: "Pu"lo" dan
"Barus") secara stereotipikal: masyarakat kanibal. Namun, istilah yang
mendekati kata "Batak" baru mencuat saat Nicolo de" Conti menceritakan masa
tinggalnya di "Schumatera" pada 1430. Ia menjadi orang pertama yang menyebut
populasi setempat sebagai orang "Batech".
Baca Juga:
3 Penyanyi Muda Berdarah Batak Ini Turut Mewarnai Industri Musik Indonesia
Selanjutnya istilah "Bata" juga muncul dalam tulisan masyhur
Suma Oriental karya Tomé Pires pada 1515. Pada waktu-waktu berikutnya, istilah
"Batak" kemudian digunakan secara peyoratif oleh orang Melayu dan Eropa untuk
menggambarkan masyarakat pedalaman di Sumatera Utara yang dianggap kanibal dan
gemar berperang. Padahal, menurut Perret, berdasarkan data etnografi yang
tersedia, populasi yang dilabeli "Batak" ini pada awalnya tidak mau menerima
kategori ini. Pasalnya, istilah ini sering dijadikan ejekan oleh orang luar.
Mereka pun merasa berbeda satu sama lain. Perret mencatat temuan catatan
etnografi pada 1880 yang mengatakan bahwa penduduk di sekitar selatan Toba
tidak menerima penyebutan "Batta" untuk kelompoknya karena kata ini sering
digunakan oleh orang Melayu untuk menghina penduduk pedalaman. Selain itu,
Perret juga mencatat dalam sastra lokal, sebutan "Batak" jarang ditemukan untuk
merujuk kelompok yang bersangkutan.