Bukan Hanya Batak
Baca Juga:
Batak di Filipina, Satu dari 7 Suku yang Terancam Punah
Bukan Hanya Batak Tidak hanya di Sumatera, konstruksi
identitas etnis juga terjadi di Kalimantan. Seperti disebutkan oleh Taufiq
Tanasaldy dalam buku Regime Change and Ethnic Politics in Indonesia (2012), di
Kalimantan penamaan "Dayak" tidak temukan atau digunakan untuk merujuk satu
komunitas etnik pada ratusan tahun yang lalu, terutama sebelum kedatangan
penjajah. Awalnya istilah "Dayak" digunakan oleh kesultanan-kesultanan Melayu
untuk menyebut sekelompok populasi yang tinggal di pedalaman. Istilah itu
kemudian dipopulerkan dalam laporan-laporan orang Eropa sebelum nantinya
dipakai oleh pemerintah kolonial Inggris dan Belanda.
Baca Juga:
3 Penyanyi Muda Berdarah Batak Ini Turut Mewarnai Industri Musik Indonesia
"Label etnis yang sifatnya memayungi seperti itu dulunya
tidak ada untuk penduduk lokal. Bagi beberapa dari mereka, "Dayak" hanyalah
kata lain dalam kosakata mereka, yang berarti "bagian dalam" atau juga
"orang"," tulis Tanasaldy. "Beberapa penduduk lokal ini mungkin memang memiliki
hubungan kekerabatan, tetapi mereka pada awalnya tidak melihat diri mereka
sebagai anggota kelompok etnis yang sama."
Salah satu dokumen yang menunjukkan kontruksi identitas
seperti ini telah ditulis pada 1881 oleh seorang geograf dan etnolog Pieter
Johannes Veth dalam artikel berjudul "De Oorsprong van den Naam Dajak",
selanjutnya diterjemahkan dan ditinjau ulang oleh Allen Maxwell dengan judul
"Origins of The Name Dayak" yang dimuat dalam Borneo Research Bulletin (Vol.
15, No. 2, 1983).